Oleh Encep Abdullah
Musim
hujan masih terus berlanjut—entah sampai kapan. Akibatnya, di beberapa pelosok
negeri, banjir semakin merajalela menjajahi daratan. Lalu, hendak ke mana para korban
berteduh kala rumah mereka terendam?
Berbicara soal teduh-berteduh, pada sebuah kesempatan di
ruang diskusi tanpa batas, saya sempat disodorkan sebuah pertanyaan oleh salah
seorang kawan—yang barangkali sudah lama ia pendam dalam laci pikirannya.
“Kenapa, ya, orang-orang lebih sering menggunakan kata berteduh saat
hujan. Padahal kalau menurut saya, berteduh itu bukan menghindari hujan,
melainkan menghindari panas (terik). Bagaimana menurutmu, kawan?” ujarnya.
Saya hanya diam karena di kepala saya tak ada
referensi jawaban. Dalam hati kecil, saya juga mengiyakan pernyataannya, tetapi
mendiamkan pertanyaannya. Iseng-iseng sepulang dari percakapan itu, terngiang
di kepala saya untuk mengungkitnya kembali. Akhirnya saya buka KBBI dan
menemukan makna teduh sebagai berikut a 1 ‘reda’ (tt angin ribut, ombak); ‘berhenti’
(tt hujan): mereka
bersenda gurau sambil menanti hujan --; 2 ‘terlindung atau tidak
kena panas matahari’; ‘lindap’: setelah bermain-main, anak-anak beristirahat di tempat yg --; mereka
berhenti di tepi jalan yg --; 3 ‘tidak turun hujan’ (tt hari); ‘redup
atau tidak memancarkan sinar yg terik’ (tt matahari): sudah beberapa hari ini matahari
--; 4 ki
‘tenang’; ‘aman’: Lautan
-- , Samudra Pasifik.
Sedangkan berteduh bermakna v 1
‘berlindung’ (supaya jangan kehujanan atau kepanasan); ‘bernaung’: aku ~ di bawah pohon; 2
‘dilindungi dr’; 3 ‘menumpang tinggal’; ‘diam’: aku gembira telah memberi tempat ~ di rumahku kpd
anak yatim itu;~
di bawah betung, pb ‘mendapat pertolongan yg tidak mencukupi’.
Pada penjelasan di atas, menurut
saya ada pertentangan makna sebelum dan sesudah kata teduh diberikan
prefiks ber- (memang bisa saja berbeda, tetapi mestinya maknanya tidak
jauh dari kata dasarnya). Makna kata teduh di atas tidak dijelaskan
mengenai ‘keterhindaran dari hujan’, ‘melainkan keterhindaran dari panas
matahari’, sedangkan makna berteduh menjadi ‘keterhindaran dari panas
atau hujan’; ‘berlindung’ (supaya jangan kehujanan atau kepanasan). Kalau
digolongkan jenis kelamin, barangkali kata teduh ini berjenis kelamin
ganda. Seandainya ia manusia, barangkali ia bisa protes, mengapa kelaminnya digandakan
:panas dan hujan.
Dalam hal ini, saya jadi bingung
sendiri. Apakah saya harus berkiblat pada pernyataan kawan saya atau pernyataan
kamus? Baik, biar lebih jelas lagi, kita ungkit lagi ke persolan lain.
Iseng-iseng saya mencari kata teduh di internet baik gambar, berita,
maupun artikel. Kata teduh-berteduh ini memang lebih sering dipakai pada
saat kondisi hujan tiba (silakan Anda cari sendiri di Google dengan kata
kunci “berteduh dari hujan”). Ketika saya mencarinya di Google dengan
kata kunci lain, semisal “berteduh dari panas”, saya malah menemukan lirik lagu
Siti Nurhaliza “Panas Berteduh Gelap Bersuluh”. Ah, bila Anda ingin menemukan berita
teduh-berteduh berkaitan dengan panas, barangkali Anda harus mengklik urutan
nomor kesekian dari mesin mencari tersebut. Betapa malangnya nasib teduh (dari
panas) yang begitu susah saya temukan di dunia maya. Padahal, dalam kamus,
pengertiannya lebih ditekankan pada suatu hal yang terlindung dari panas (dalam
hal ini denotasi).
Dalam hati kecil, saya juga berdebat lagi. Bukankah kata teduh juga bisa berarti
‘tenang; aman’. Sesuai dengan orang yang berteduh ketika hujan. Mereka bisa
aman dan tenang dari air dan dingin. Bukankah, begitu?
Namun, hati kecil saya, tiba-tiba
menjawab yang lain lagi. Sesuai pengalaman, justru saya sering merasa resah dan
gelisah ketika berteduh saat hujan. Saya tidak merasa nyaman dengan kondisi
demikian. Kalau saya berteduh (apalagi terlalu lama), saya bisa dimarahi atasan
karena bisa telat kerja bahkan bisa sampai tidak masuk kerja. Apalagi kalau
saya tidak punya jas hujan, semakin resah dan gusar saja perasaan
saya—barangkali juga Anda. Apakah berteduh dalam keadaan demikian
dikatakan ‘aman’ dan ‘tenang’?
Saya rasa, teduh yang berarti
‘berlindung dari hujan’ masih dirasa mengganjal. Berbeda dengan teduh
‘berlindung dari panas matahari’ atau teduh dalam Tesaurus Bahasa
Indonesia yang berarti ‘adem’, ‘lindap’, ‘sejuk’; ‘mendung’, ‘redup’,
maknanya lebih sesuai dengan keadaan—menurut saya. Dalam Tesaurus Bahasa
Indonesia tersebut, saya semakin bingung, mengapa ada kata hujan
dari antonim kata teduh? Lebih-lebih ketika saya temukan peribahasa
berikut di kamus dan buku peribahasa, Hujan tempat berteduh, panas tempat
berlindung. Ah, saya jadi semakin limbung. Saya harus berteduh ke mana?
Mohon pertolongan Anda.
Komentar
Posting Komentar